Selasa, November 11, 2014

Berteman dengan Sakit

"Nduk, ndang di mimik obat e" sorak ibuku setiap saat mengingatku untuk merawat diriku.

Yaah... Sebelum makan, sesudah makan, dan sebelum tidur. Kemana pun aku pergi, obat adalah hal yang tak bisa ku tinggalkan.

Sejak sekolah menengah, rumah yang sering ku kunjungi adalah rumah sakit, makanan yang selalu dalam menu adalah obat.
Entah penyakit lambung apa saja yang sudah dokter vonis kan padaku. Tak se-ngeri kanker, tumor, atau HIV kedengarannya. Tapi mereka cukup membuat ku menderita.

"Tuhan...tak bisakah Kau membiarkan ku sendiri tanpa obat. Tak bisakah ku menikmati setiap menu yang dihadirkan ibu untukku"
Keluhan ku pada Tuhan sering membuat ibuku menangis.
Aku benci pada diriku yang lemah.

Tahun demi tahun ku lalui dengan "mereka". Sampai suatu hari seseorang mengisi hatiku. Yaa...hanya namamu seorang.

Begitu sabar dan penuh cinta kasih, ia mengingatkan ku dan merawat ku ketika sakit.
Sering ku keluhkan hal yang sama padanya.
"Kapan aku bisa bermain dan makan apa yang ku inginkan?"
"Ketika kau sudah menjadi milikku, niscaya aku bisa selalu menjaga mu setiap detik."
Dan itu adalah kata teromantis seumur hidupku yang pernah ku dengar dan keluar dari bibirmu.

Kekuatan dari kata-kata yang tak pernah bisa ku pahami, tapi sangat luar biasa.
Sakit yang ku derita tak sebanding dengan sakit orang-orang disekeliling ku yang selalu repot menjagaku.
Maaf...dan terimakasih untuk mu ibu, ayah, kakak, sahabat-sahabat, dan kamu.

2 komentar:

Ponco Adi Nugroho mengatakan...

keren :')
semoga di sembuhkan dari penyakitnya :D

dewi ddS mengatakan...

Amiiiin :)