Ada keuntungan dan
kerugian dalam belajar bahasa, contohnya aku, belajar bahasa banci. Beberapa,
agak banyak sih, teman-teman hang out ku
ya orang-orang begituan. Mereka sering pakai istilah atau bahasa-bahasa banci,
contoh makan=makarena, pulang=polda, enak=endul..ehh endess.
Biar ngga
ketinggalan dan biar dong apa yang
mereka bicarakan ketika lagi ngumpul, sedikit banyak aku belajar bahasa mereka
dengan cara bertanya langsung kepada mereka.
Pada suatu hari, aku berada di antrian sebuah mini market dimana disana ada SPG baru dari Purbasari. “Mbak Pur, tolong ambilkan bedaknya antarkan kesini ya.”
Seketika, ditengah
antrian aku tertawa terbahak karna merasa tau arti kata “Pur” dalam KBBI (Kamus
Besar Banci Indonesia).
Walhasil,
orang-orang didepan dan dibelakang saya melirik kearah saya. Merasa jadi
cantik, ehh jadi pusat perhatian maksudnya, saya langsung buka hape berlagak
seperti baca sms, biar ngga disangka gila.
Untung aja mbak-mbak yang dipanggil Mbak Pur tadi ngga tau artinya. Andai saja dia tau....pasti dibedakin deh si mbak kasir tadi :D
Untung aja mbak-mbak yang dipanggil Mbak Pur tadi ngga tau artinya. Andai saja dia tau....pasti dibedakin deh si mbak kasir tadi :D
Dan berakhirlah sesi antrian panjang tadi, tibalah saatnya aku membayar. "Sebelas ribu lima ratus, Mbak" kata mbak kasir. Ku sodorkan uang seratus ribuan, bukannya sombong emang yang ada didompet cuma itu. "Ada uang kecil, Mbak?" tanya mbak kasir yang jilbabnya miring dan ngga match pula sama bajunya. "Ngga ada mbak uang saya cuma itu" sambil nangis dan malu pengen dikasihani, siapa tau aja dikasih gratis. (Ngarep)
Kesimpulannya adalah, apapun yang terjadi, jangan belajar bahasa banci. Karena bisa disangka orang gila.
Kesimpulannya adalah, apapun yang terjadi, jangan belajar bahasa banci. Karena bisa disangka orang gila.
2 komentar:
Emang apa artinya mbak Pur?
haduh ..ngga enak jelasinnya ..
Coba sman tnya ke mas agus yg punya KBBI :D
Posting Komentar