Senin, November 10, 2014

Mbak Pur


Ada keuntungan dan kerugian dalam belajar bahasa, contohnya aku, belajar bahasa banci. Beberapa, agak banyak sih, teman-teman hang out ku ya orang-orang begituan. Mereka sering pakai istilah atau bahasa-bahasa banci, contoh makan=makarena, pulang=polda, enak=endul..ehh endess.

Biar ngga ketinggalan dan biar dong apa yang mereka bicarakan ketika lagi ngumpul, sedikit banyak aku belajar bahasa mereka dengan cara bertanya langsung kepada mereka.

Pada suatu hari, aku berada di antrian sebuah mini market dimana disana ada SPG baru dari Purbasari. “Mbak Pur, tolong ambilkan bedaknya antarkan kesini ya.”
Seketika, ditengah antrian aku tertawa terbahak karna merasa tau arti kata “Pur” dalam KBBI (Kamus Besar Banci Indonesia).

Walhasil, orang-orang didepan dan dibelakang saya melirik kearah saya. Merasa jadi cantik, ehh jadi pusat perhatian maksudnya, saya langsung buka hape berlagak seperti baca sms, biar ngga disangka gila.

Untung aja mbak-mbak yang dipanggil Mbak Pur tadi ngga tau artinya. Andai saja dia tau....pasti dibedakin deh si mbak kasir tadi :D

Dan berakhirlah sesi antrian panjang tadi, tibalah saatnya aku membayar. "Sebelas ribu lima ratus, Mbak" kata mbak kasir. Ku sodorkan uang seratus ribuan, bukannya sombong emang yang ada didompet cuma itu. "Ada uang kecil, Mbak?" tanya mbak kasir yang jilbabnya miring dan ngga match pula sama bajunya. "Ngga ada mbak uang saya cuma itu" sambil nangis dan malu pengen dikasihani, siapa tau aja dikasih gratis. (Ngarep)

Kesimpulannya adalah, apapun yang terjadi, jangan belajar bahasa banci. Karena bisa disangka orang gila.

2 komentar:

Unknown mengatakan...

Emang apa artinya mbak Pur?

dewi ddS mengatakan...

haduh ..ngga enak jelasinnya ..
Coba sman tnya ke mas agus yg punya KBBI :D